Tanoto Foundation merupakan lembaga sosial besutan Sukanto Tanoto yang berfokus pada usaha-usaha penganggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, pendidikan dan peningkatan kualitas hidup. Tanoto Foundation memiliki landasan keyakinan bahwa setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berupaya mengembangkan potensi dan bakatnya secara maksimal.
Kontribusi Tanoto Foundation dalam upaya pertumbuhan inklusif masyarakat dimulai sejak tahun 1981 saat Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto membangun sekolah dasar dan taman kanak-kanak di Sumatera Utara. Hingga lebih dari tiga dekade, Tanoto Foundation telah mendedikasikan dirinya dalam upaya mendukung penanggulangan kemiskinan melalui program-program bidang pemberdayaan, pendidikan dan peningkatan kualitas hidup.
Pembangunan masyarakat secara inklusif menjadi salah satu upaya Tanoto Foundation dalam mendukung peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan masyarakat. Filosofi Tanoto Foundation dalam membangun masyarakat secara inklusif dijelaskan oleh Belinda Tanoto salah satu Dewan Pembina Tanoto Foundation saat menjadi panelis dalam acara Perspectives di stasiun televisi Channel News Asia baru-baru ini. Diskusi panel tersebut turut dihadiri Profesor Lee Kong Chian dari bidang Ilmu-ilmu Sosial Lily Kong, Presiden Masyarakat untuk Penyandang Difabel Chia Yong Yong, Rektor Singapore Management University, Nominasi Anggota Parlemen, Direktur Utama Pusat dan Sukarelawan Filantropi Nasional Melissa Kwee.
Dipandu oleh jurnalis senior Sharon Tong acara ini berjalan sangat lancar. Acara semakin semarak dengan kehadiran para penonton dari Singapore Management University (SMU), pengambilan gambar dalam acara tersebut dilakukan secara langsung. Dengan tema “Membangun Masyarakat yang lebih Inklusif”, Belinda Tanoto menjelaskan tentang bagaimana pentingnya akses pendidikan dasar yang berkualitas akan mampu membangun kemampuan penguasaan anak dalam berbagai ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu sosial, berhitung dan membaca. Belinda juga menguraikan bahwa kegiatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat dan LSM merupakan solusi tepat yang secara holistik mampu menciptakan kondisi pembangunan yang inklusif. Cara ini sangat efektif untuk meraih hasil yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan maupun masyarakat.
Diskusi tersebut adalah partisipasi kedua Belinda Tanoto. Sebelumnya, ia pernah menjadi panelis pada program tersebut pada tahun 2015. Saat itu. ia tampil melakukan advokasi pentingnya pendekatan kolaboratif oleh berbagai pemangku kepentingan sebagai solusi terjadinya ketidaksetaraan di Asia.
Dalam sebuah wawancara dengan harian National University of Singapore, Belinda Tanoto mengungkapkan bahwa ayah dan ibunya yakni Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto sering mengajaknya pergi ke panti asuhan ketika ia masih kecil untuk berbagi mainan bersama anak-anak di sana. Dari kegiatan tersebut, Belinda memperoleh pelajaran yang berharga yakni semakin banyak hal yang kita miliki, semakin banyak pula kita harus berbagi pada sesama.